Kamis, 07 Juli 2011

PECIPTAAN VS EVOLUSI

PDT DR H.I. MISSAH

ALLAH MENCIPTAKAN LANGIT, BUMI, LAUT DAN SEGALA ISI
 
·         “Oleh firman Tuhan,” kata penulis Mazmur, “langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya” (Mzm. 33:6).
·         Kata yang terdapat dalam Kejadian,  Berfirmanlah Allah,” mengenalkan perintah Ilahi yang dinamis yang bertanggung jawab atas peristiwa megah enam hari Penciptaan itu (Kej. 1:3, 6, 9, 11, 14, 20, 24).
·         Setiap perintah muncul dengan energi yang kreatif yang mengubah planet yang “belum berbentuk dan kosong” (Kej. 1:2) menjadi sebuah Firdaus. “Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi” (Mzm. 33: 9).
·         Sesungguhnya, “bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah” (Ibrani 11:3). Firman kreatif ini tidak bergantung pada benda yang pra-ada (ex nihilo):
·         “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat” (Ibr. 11:3).
·         Walaupun kadang-kadang Allah menggunakan benda pra-ada—Adam dan binatang-binatang dijadikan dari tanah, dan Hawa sendiri dijadikan dari tulang rusuk Adam (Kej. 2:7, 19, 22)—alhasil, Allah yang menjadikan segala sesuatu.
 
Hari-hari Penciptaan.
 
·         Hari-hari penciptaan menurut Alkitab adalah menggunakan hari yang benar-benar 24 jam secara harfiah. Cara khas yang digunakan orang pada zaman Perjanjian Lama, oleh umat Allah, ialah dengan mengukur waktu dengan ungkapan “petang dan pagi” (Kej. 1:5, 8, 13, 19, 23, 31) menetapkan hari-hari yang dimulai dengan petang atau waktu matahari terbenam (baca Im. 23:32; Ul. 16:6).
 
·         Tidak ada pembenaran yang mengatakan bahwa ungkapan satu hari yang harfiah ini, misalnya, sama dengan ribuan atau jutaan tahun dalam Kejadian. Kata Ibrani untuk hari ialah Yom dalam Kejadian 1. Apabila kata yom disertai kata penunjuk bilangan tentu, maka yang dimaksudkannya ialah selalu yang harfiah, hari 24 jam (misalnya dalam Kej. 7:11; Kel. 16:1)
 
·         Petunjuk lain yang menyatakan bahwa catatan dalam Penciptaan berbicara mengenai hari secara harfiah, 24 jam sehari. Sepuluh Hukum merupakan bukti lain bahwa Penciptaan dalam Kejadian menyangkut hari yang harfiah, 24 jam sehari. Dalam hukum keempat Tuhan berkata, “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, ... Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit danbumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Kel. 20:8-11). Dengan ringkas, Allah menceritakan kembali kisah Penciptaan. Setiap hari (yom) diisi dengan kegiatan yang kreatif, dan Sabat merupakan klimaks minggu Penciptaan itu. Hari Sabat yang 24 jam itu, menjadi peringatan minggu harfiah Penciptaan. Hukum keempat menjadi tidak bermakna apabila hari dikendurkan menjadi masa yang beribu-ribu tahun.
 
·          Orang yang mengutip 2 Petrus 3:8 “bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun,” mencoba membuktikan bahwa hari-hari Penciptaan itu bukanlah hari yang ditafsirkan secara harfiah 24 jam sehari, melupakan fakta bahwa pada ayat yang sama dikatakan juga “seribu tahun” adalah “sama seperti satu hari.” Orang-orang yang menafsirkan hari Penciptaan itu sama dengan ribuan tahun atau membacanya sebagai satukurun waktu yang tidak terbatas menjadi jutadan milyar tahun berarti mempertanyakan keabsahan perkataan Allah—sama sepertiular menggoda Hawa.
 
 
ALLAH PENCIPTA
 
Allah yang Memelihara. Catatan Penciptaan menurut Alkitab dimulai dengan Allah dan kemudian beralih kepada manusia. Secara tidak langsung dikatakannya bahwa dalam menciptakan langit dan bumi Allah menyiapkan lingkungan yang sempurna bagi umat manusia. Umat manusia, lelaki dan perempuan, adalah karya ciptaan-Nya yang luar biasa mulianya. Catatan itu menunjukkan Allah sebagai perencana yang teliti sekali atas segala keperluan makhluk ciptaan-Nya. Ia membuat sebuah taman yang menjadi rumah kediaman khusus untuk manusia dan memberikan tanggung jawab kepada manusia itu untuk
mengelolanya. Ia menjadikan manusia sedemikian rupa agar mereka dapat mengadakan suatu hubungan dengan Allah. Hubungan yang dimaksudkan bukanlah sebuah hubungan yang tidak alamiah, bukan yang dipaksakan; Ia menjadikan mereka dengan memberikan kebebasan untuk memilih dan dengan kemampuan untuk mengasihi serta melayani-Nya.
 
Menunjukkan Kasih Allah. Betapa dalamnya kasih Allah itu! Apabila Kristus yang penuh cinta kasih itu membuat tangan Adam, pastilah Ia tahu bahwa tangan manusia pada suatu saat nanti akan menghina dan menyalibkan-Nya. Dalam satu pengertian yang mendalam Penciptaan dan salib itu bersatu, karena Kristus sang Pencipta itu telah disembelih sejak asas dunia ini (Why. 13:8). Kemahatahuan-Nya3 sebagai yang Ilahi tidak mencegah-Nya. Di bawah bayang-bayang kabut Golgota yang tidak menyenangkan itu, Kristus menghembuskan napas kehidupan ke lubang hidung Adam, dengan pengetahuan bahwa penciptaan itu akan mencabut nyawa-Nya. Kasih yang sukar dipahami itulah yang menjadi dasar Penciptaan.
 
TUJUAN PENCIPTAAN
 
Kasihlah yang menjadi pendorong segala tindak laku Allah karena Ia sendiri kasih (1 Yoh. 4:8). Ia tidak hanya menciptakan kita supaya mengasihi-Nya, tetapi juga supaya kita dapat mengasihi-Nya.
 
Untuk Menyatakan Kemuliaan Tuhan.
 
Melalui ciptaan-Nya, Allah mengungkapkan kemuliaan-Nya: “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi” (Mzm. 19:1-5). Mengapa pertunjukan kemuliaan Allah sedemikian rupa? Fungsi alam menyaksikan kemuliaan Allah.
 
Ia bermaksud menjadikan karya ciptaan-Nya itu mengarahkan setiap individu kepada Pencipta mereka. “Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya,” kata Rasul Paulus, “yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan Keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih” (Rm. 1:20).
 
Untuk Memenuhi Bumi.
 
·         Pencipta dunia ini tidak menjadikan dunia ini menjadi sebuah tempat yang sunyi sepi, menjadi sebuah planet yang kosong; dunia ini dijadikan untuk dihuni (Yes. 45:8).
·         Apabila manusia pertama itu merayakan perlunya seorang kawan pendamping, maka Tuhan menjadikan seorang perempuan baginya (Kej. 2:20; 1 Kor. 11:9). Ia mendirikan lembaga perkawinan (Kej. 2:22-25).
 
·         Pencipta tidak saja memberikan pasangan itu tempat atas dunia yang baru dijadikan ini—tetapi juga disertai dengan perkataan, “Beranakcuculah dan bertambah banyak” (Kej. 1:28), Ia memberikan kepada mereka hak istimewa untuk mengambil bagian dalam penciptaan itu.
 
MAKNA PENCIPTAAN
 
Orang banyak mudah tergoda untuk melalaikan doktrin Penciptaan. “Siapa peduli,” kata mereka, “bagaimana Tuhan menciptakan dunia ini? Apa yang kita perlukan ialah bagaimana mengetahui cara masuk ke dalam surga.” Bagaimanapun doktrin bahwa dunia ini diciptakan Tuhan membentuk “dasar yang tidak terelakkan bagi orang Kristen dan teologi Alkitabiah.”4 Sejumlah konsep Alkitabiah yang fundamental berakar dalam Penciptaan. Sesungguhnya, sebuah pengetahuan bagaimana Allah menjadikan “langit dan bumi” akan dapat membantu seseorang mencari jalan menuju langit dan bumi yang baru seperti yang pernah dibicarakan Yohanes Pewahyu. Apa lagikah yang terdapat dalam ajaran mengenai Penciptaan itu?
 
·         Menghilangkan Penyembahan Berhala. Allah yang mampu mencipta itu membedakan-Nya dari berhala-berhala (1 Taw. 16: 24-27; Mzm. 96:5, 6; Yes. 40:18-26; 42:5-9; 44). Kita harus menyembah Allah yang telah menciptakan kita, bukan menyembah berhala yang kita buat sendiri. Dengan kebajikan kuasa cipta-Nya, Ia patut menerima ketaatan kita yang utuh. Hubungan yang bagaimanapun yang mengganggu ketaatan kita samalah dengan penyembahan berhala yang kelak menjadi pokok penghakiman Ilahi. Oleh karena itu, kesetiaan yang penuh terhadap Khalik adalah masalah hidup dan mati.
 
·         Fondasi Perbaktian yang Benar. Perbaktian kita kepada Tuhan didasarkan atas kenyataan bahwa Dialah Khalik kita dan kita ciptaan-Nya (Mzm. 95:6). Pentingnya tema ini dinyatakan oleh dimasukkannya ke dalam panggilan yang diulurkan kepada penduduk dunia ini tepat sebelum kedatangan Kristus kembali supaya sujud kepada Seorang “yang telah menjadikan langit dan bumi dan laut dan semua mata air” (Why. 14:7).
 
·         Sabatsebuah Peringatan Penciptaan. Allah mengadakan Sabat hari ketujuh supaya kita mengingat setiap minggu bahwa kita adalah makhluk ciptaan-Nya. Sabat adalah sebuah pemberian anugerah, bukannya membicarakan apa yang sudah kita lakukan melainkan mengenai apa yang telah dijadikan Tuhan. Hari ini khusus diberkati-Nya serta disucikan-Nya supaya kita jangan melupakannya, selain bekerja, hidup harus juga dimasukkan ke dalam hubungan dengan Khalik, beristirahat seraya merayakan karya ciptaan Tuhan yang sangat menakjubkan itu (Kej. 2:2, 3). Untuk menekankan pentingnya, Khalik menempatkan perintah untuk mengingat peringatan yang kudus atas kuasa cipta-Nya di tengah-tengah hukum moral sebagai sebuah tanda yang kekal dan simbol Penciptaan (Kel. 20:8-11; 31:13- 17; Yeh. 20:20; baca bab 19 buku ini).
 
·         PerkawinanLembaga Ilahi. Selama minggu Penciptaan itu, Allah mendirikan perkawinan sebagai sebuah lembaga Ilahi. Ia bermaksud agar persekutuan kudus antara kedua insan ini janganlah dipisahkan: Lelaki “bersatu dengan isterinya,” dan mereka akan “menjadi satu daging” (Kej. 2:24; baca juga Mrk. 10:9; baca bab 22 dalam buku ini).
 
·         Landasan bagi Harga Diri yang Sejati. Menurut laporan Penciptaan, kita dijadikan atas gambar Tuhan. Pemahaman ini memberikan sebuah konsep yang benar atas nilai individual. Tidak ada tempat untuk meremehkan diri kita sendiri. Sesungguhnya, kita telah diberi sebuah tempat yang khas dalam ciptaan, yaitu dapat mengadakan hubungan yang tetap secara istimewa dengan Pencipta serta memperoleh kesempatan untuk menjadi serupa dengan Dia.
 
·         Landasan yang Sejati bagi Persekutuan. Daya cipta Allah itu memungkinkan Ia menjadi bapa (Mal. 2:10) serta menyatakan persaudaraan kepada seluruh umat manusia. Tanpa memandang perbedaan seks, ras, pendidikan, atau kedudukan, semuanya telah dijadikan Allah dalam gambar-Nya. Memahami dan menerapkan, maka konsep ini akan melenyapkan rasialisme, fanatisme, dan pelbagai bentuk diskriminasi lainnya.
 
·         Penatalayanan Pribadi. Karena Tuhan Allah yang menciptakan kita maka kita menjadi milik-Nya. Kenyataan ini membuktikan secara tidak langsung bahwa kita mempunyai tanggung jawab yang kudus untuk menjadi penatalayan-penatalayan yang setia atas tubuh, pikiran dan kemampuan rohani kita. Bertindak lepas sama sekali dari Khalik adalah pertanda tidak tahu terima kasih. (Baca juga bab 20 buku ini).
 
·         Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan. Pada Penciptaan, Tuhan menempatkan leluhur manusia yang pertama itu, lelaki dan perempuan, di sebuah taman (Kej. 2:8). Mereka diberi tanggung jawab untuk mengusahakan tanah dan “taklukkanlah itu,” berkuasa atas seluruh kehidupan hewan (Kej. 1:28). Oleh karena itu, Tuhan memberikan kepada kita tanggung jawab untuk memelihara lingkungan.
 
·         Martabat Kerja Kasar. Khalik berkata kepada Adam supaya “mengusahakan dan memelihara” taman Eden (Kej. 2:15). Ia memberikan tugas kepada manusia kedudukan yang amat berguna ini, di dunia yang sempurna, menunjukkan martabat kerja kasar atau kerja tangan.
 
·         Harga Semesta Secara Fisik. Pada setiap langkah Penciptaan Allah mengatakan bahwa apa yang telah dijadikan-Nya itu “baik adanya” (Kej. 1:10, 12, 17, 21, 25) Dia mengumumkan ciptaan yang telah dibuat-Nya itu “sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Oleh karena itu penciptaan benda tidaklah jahat secara intrinsik,
·         melainkan baik adanya.
 
·         Obat Penawar terhadap Pesimisme, Kesepian dan Kesia-siaan. Kisah mengenai Penciptaan menunjukkan bahwa, bukannya terjadi secara kebetulan seperti evolusi, segala sesuatu telah diciptakan dengan sebuah tujuan. Umat manusia telah direncanakan untuk suatu hubungan yang abadi dengan Khalik, Pencipta itu sendiri. Apabila kita mengerti bahwa kita telah dijadikan untuk suatu maksud tertentu, maka hidup pun akan penuh dengan makna dan sukses dan kesia-siaan yang menyakitkan serta ketidakpuasan yang hampa dan tampak akan lenyap, digantikan dengan cinta kasih Allah.
 
·         Kesucian Hukum Tuhan. Hukum Tuhan Allah sudah ada sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. Dalam keadaan mereka yang belum mengenal dosa mereka harus tunduk pada hukum tersebut. Itu juga yang merupakan amaran terhadap perusakan diri, untuk menunjukkan batas-batas kebebasan (Kej. 2:17), serta untuk menjaga kebahagiaan serta kedamaian rakyat dalam kerajaan Allah (Kej. 3:22-24; baca bab 18 buku ini).
 
·         Kekudusan Hidup. Pencipta kehidupan terus-menerus melibatkan diri dalam pembentukan hidup manusia, untuk membuat hidup itu kudus. Daud memuji Tuhan karena Ia terlibat dalam kelahirannya. “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib.... Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah; mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis” (Mzm. 139:13-16). Di dalam kitab Yesaya Tuhan Allah menyatakan diri-Nya sebagai Seorang yang telah “membentuk engkau sejak dari kandungan” (Yes. 44: 24). Karena hidup itu sendiri merupakan hidup yang diberikan Allah, kita harus menghormatinya, karena itu, kita memiliki tanggung jawab moral untuk kita pelihara.
 
NOTE: TEORI EVOLUSI TIDAK SESUAI DENGAN PENCIPTAAN. Banyak slide ditunjukkan tentang Eveolusi tetapi dimentahkan oleh firman Tuhan....dan bukti autentik pada jaman ini bahwa teori evolusi buatan dan ciptaan yang menentang firman Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar