Kamis, 07 Juli 2011

WACANA MANUSIA VS FIRMAN ALLAH


PDT DR H.I. MISSAH

Wacana manusia 10 hukum moral yang ditulis oleh jari Allah sudah usang dan tidak berlaku lagi dan sudah disalibkan. Keselamatan adalah kasih karunia yang Cuma-Cuma dan tidak perlu lagi 10 hukum.
 
Bagaimana dengan FIRMAN ALLAH DALAM 10 HUKUM MORAL YANG DITULIS OLEH JARI ALLAH SENDIRI:
Pembahsan tadi malam bagaimana kita yang mengasihi Allah yang sudah diselamatkan dengan kasih karunia dengan Cuma-ma akan menghasilkan buah penurutan kepada perintah Allah dan juga sebagai bukti kasih kita kepada Allah. Penurutan kepada hukum kasihNya adalah bukti kasih kita kepadaNya. Nabi Hosea berkata: Hos 4:6 Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah...
 
Perlu juga kita ketahui bahwa penurutan kepada 10 hukum Allah bukanlah merupakan jalan keselamatan atau agar kita diselamatkan karena Epesus 2:8-9 berkata: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Dengan kata lain bahwa kita diselamatkan hanya oleh kasih karunia Allah bukan karena perbuatan baik atau penurutan sesempurna mungkin akan 10 hukum Allah. Yang menjadi pertanyaan adalah: Kenapa kita menuruti Hukum Allah?
 
1.    Kita menuruti 10 hukum Allah adalah merupakan ungkapan ucapan terima kasih kita kepadaNya atas keselamatan yang di berikan dengan Cuma-Cuma. Dengan kata lain penurutan adalah buah dari keselamatan yang kita sudah terima melaui Yesus Kristus.
2.    Yesus dikorbankan di kayu salib demi untuk menerbus kita yang berdosa untuk diselamatkan, dan Yesus berpesan: Joh 14:15 "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.
3.    Johannes berkata dalan 1 Joh 3:4 Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.
4.    1 Joh 2:3   Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya. 2:4   Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran. 2:5   Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia.
5.    Lebih dahsyat lagi Paulus mengatakan dalam Roma 8:1 Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus. Yesus telah membuktikan kepada dunia selama hidupnya dalam dunia Yesus menuruti segala perintah Allah, buktinya 1 Petrus 2:21   sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya. 2:22   Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya.
Berikut kita lihat betapa dalam dan dahsyatnya kandungan hukum moral yang kita kenal dengan 10 HUKUM ALLAH YG DITULIS DAN DIUKIR DI DUA LOH BATU DENGAN JARINYA SENDIRI.
Sifat hukum itu sebagai pantulan tabiat Allah,  Sepuluh Hukum merupakan hukum moral, rohani, luas dan lengkap, mengandung prinsip-prinsip yang universal.
 
Pantulan tabiat pemberi hukum itu. - Kitab suci memperlihatkan ciri-ciri Allah di dalam hukumnya. Sebagaimana Tuhan Allah, Taurat Tuhan itu sempurna dan perintah Tuhan itu murni. ( Mzm 19:8,9) jadi Hukum Taurat adalah kudus dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik ( Rm 7: 12) dan segala perintahmu adalah benar. Sejak dahulu aku tahu dari peringatan-peringatanmu, bahwa engkau telah menetapkannya untuk selamanya-lamanya” (Mzm 119:151,152). Sesunggunya, segala perintahmu benar (Mzm 119:172)
 
Hukum moral - Sepuluh Hukum yang diberikan Tuhan menjelaskan pola tingkah laku Tuhan bagi umat manusia. Hukum itu memberikan penjelasan mengenai hubungan kita dengan pencipta  dan penebus  serta tanggung jawab kita kepada sesama. Kitab suci mengatakan bahwa pelanggaran atas hukum Tuhan adalah dosa ( I Yoh 3:4)
 
Hukum rohani - Bahwa Hukum Taurat adalah rohani (Rm 7:14) oleh karena itu hanya orang-orang yang rohani dan yang memiliki buah roh dapat menurutinya (Yoh 15:4 ; Gal 5:22, 23) roh Allah yang membuat kita mampu melakukan kehendakNya( Kis 1:8 ; Mzm 51:11-13). dengan tetap tinggal di dalam Kristus, kita menerima kuasa yang kita perlukan agar berbuah demi kemuliaanNya( Yoh 15:5). Hukum-hukum manusia ditujukan hanya kepada perbuatan-perbuatan yang jelas-jelas nyata. Akan tetapi Sepuluh Hukum “luas sekali” (Mzm 119:96) menyentuh sampai ke ukuran kita yang paling dalam menyentuh keinginan keinginan kita dan juga perasaan seperti rasa cemburu, iri hati, nafsu dan ambisi. di dalam khotbah di atas bukit, Yesus menekankan dimensi rohani hukum itu, menyatakan bahwa pelanggaran bermula di dalam hati( Mat 5:21,22,27,28 ; Mrk 7:21-23)
 
Hukum yang positif - Sepuluh Hukum lebih dari sekadar satu rangkaian larangan , didalamnya dikandung prinsip yang amat luas jangkauannya. Yang dicakupnya bukan saja hal-hal yang tidak boleh kita lakukan tetapi juga apa yang seharusnya kita lakukan. Kita tidak boleh hanya mengindari dari perbuatan-perbuatan yang jahat dan pikiran-pikiran  yang buruk; kita harus belajar menggunakan talenta dan karunia yang telah diberikan Tuhan kepda kita untuk tujuan yang baik.
 
Hukum yang sederhana - Sepuluh Hukum sangat jelas di dalam keluasannya yang sederhana. Hukum-hukum itu memang singkat sehingga seorang anak kecil pun dapat dengan mudah menghapalkan nya, namun jangkauannya begitu luas sehingga dicakupnya setiap dosa yang mungkin. Tidak ada misteri dalam hukum Allah. Semua dapat memahami kebenaran-kebenaran yang agung yang terdapat di dalamnya. Pikiran yang paling lemah sekalipun dapat menangkap aturan-aturan ini; yang paling tidak berpengetahuan sekalipun dapat mengatur hidup dan membentuk tabiat yang sesuai dengan ukuran ilahi.
 
Hukum azas - Sepuluh Hukum adalah ikhtisar semua asas atau prinsip yang berlaku pada semua manusia dari segala waktu.  Alkitab berkata, takutlah akan Allah dan berpenganglah pada perintah-perintahnya, karena ini adalah kewajiban setiap orang (Pkh 12:13). Dekalog dasar Firman, atau Sepuluh Hukum(kel 34:28) berisi atau terdiri dari dua bagian, ditujukan dengan adanya dua loh batu yang berisi tulisan tangan Allah (ul 4:13).
 
  • Pertama, empat hukum yang pertama mengatur tanggung jawab kita terhadap pencipta dan penebus sedangkan yang terakhir yang terdiri dari enam hukum mengatur tanggung jawab kita terhadap sesama.
  • Kedua bagian ini diambil dari dua asas fundamental yang agung dari hal kasih yang merupakan landasan berlangsungnya kerajaan Allah :”  kasihilah Tuhan, Allahmu dengan segenap hatimu  dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (luk 10:27 ; bandingkan  ul 6:4,5 ; im 19:18). Barangsiapa yang menghayati prinsip-prinsip ini maka ia akan selaras dengan Sepuluh Hukum, karena perintah itu mengungkapkan asa-asas ini dengan rinci sekali.
 
Hukum yang unik - Sepuluh Hukum tentulah merupakan hukum yang unik dan tegas yang diucapkan Tuhan dengan nyaring kepada seluruh bangsa.(ul 5:22) hukum ini tidak dipercayakan Tuhan kepada pikiran yang mudah lupa, oleh karena itu Tuhan mengukirnya  dengan jarinya sendiri di atas dua loh batu supaya dapat disimpan di dalam tabut dikaabah(kel 31:18;ul 10:2) - Untuk membantu umat Tuhan menerapakan hukum-hukum itu Allah memberikan hukum tambahan yang lebih rinci kepada mereka yang mengatur hubungan mereka kepadanya dan kepada masing-masing mereka. Beberapa dari antara undan-undang tambahan ini berfokus pada undang-undang warga sipil bangsa Israel(hukum sipil) sementara yang lain  mengatur  upacara –upacara pelayanan dikaabah(hukum  keupacaraan). Tuhan Allah menyampaikan hukum-hukum tambahan ini kepada umat dengan perantaan Musa yang kemudian menuliskannya dalam “buku hukum” dan menempatkannya di samping “tabut perjanjian” (ul 31:25,26). Tidak di dalam tabut sebagaimana di lakukan dengan penyataan tertinggi Allah yakni Sepuluh Hukum itu. Hukum-hukum  tambahan ini dikenal se3bagai “kitab hukum Musa” (yoh 8:31; neh 8:1; II taw 25:4) atau  dengan “hukum Musa”( Iiraj 23:25; II taw 23:18)
 
 
Hukum yang menyenangkan - Hukum Tuhan itu merupakan inspirasi bagi jiwa. Penulis  mazmur berkata,” betapa kucinta Tauratmu! Aku merenungkannya sepanjang hari. Itulah sebabnya aku mencintai perintah-perintahmu lebih daripada emas, bahkan daripada emas tua”. Walaupun apabila aku ditimpa kesesakan dan kesusahan, katanya lebih lanjut “tetapi perintah-perintahmu menjadi kesukaanku ( Mzm 119:97, 127, 143). Kepada barangsiapa yang mengasihi Allah, perintahnya itu tidak berat” (I Yoh 5:3). Para pelanggar yang menganggap hukum itu sebagi kuk yang menyusahkan, karena pikiran yang penuh dengan dosa  tidak takluk kepada hukum Allah: hal ini memang tidak mungkin baginya ( Rm 8:7)
 
 
MAKSUD HUKUM - Allah memberikan hukum nya agar umat memperoleh berkat yang berkelimpahan serta membimbing mereka ke dalam hubungan yang menyelamatkan dengan dirinya.
 
  1. Hukum itu menyatakan kehendak Allah bagi manusia - Sebagai ungkapan tabiat dan kasih Allah, Sepuluh Hukum menyatakan kehedak dan maksud Allah bagi manusia. Hukum itu menuntut perlunya penurutan yang sempurna, sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya ia bersalah terhadap seluruhnya. (Yak2:10). Penurutan terhadap  hukum, sebagai peraturan yang menguasai hidup, sangat penting bagi keselamatan kita. Kristus sendiri berkata, jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Allah” (Mat 19:17) penurutan ini hanya mungkin dengan adanya Roh Kudus.
 
  1. Basis perjanjian Allah -Musa menuliskan kembali Sepuluh Hukum berikut penjelasan-penjelasan hukum lainnya di dalam buku yang disebut buku perjanjian(Kel 20:1-24:8) kemudian ia menyebut Sepuluh Hukum “ loh-loh batu, loh-loh perjanjian menunjukkan pentingnya sebagai basis perjanjian kekal (Ul 9:9 ; bandingkan 4:13).
 
  1. Fungsinya sebagai standar penghakiman - Seperti halnya Tuhan, segala perintahnya benar” (Mzm 119:172) . oleh karena itu hukum seperangkat ukuran kebenaran. Masing-masing kita akan ditimbang dan dihakimkan dengan ukuran prinsip kebenaran in, bukan dengan hati nurani kita. Takurlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah perintahnya,” kata kitab suci” Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik , entah itu jahat.” (Pkh 12:13,14 ;bandingkan yak 2:12)
 
  1. Ditunjukkannya dosa - Membantu manusia supaya mengetahui keadaan mereka yang sebenarnya, maka fungsi hukum adalah seperti sebuah cermin( baca Yak 1:23-25) barang siapa yang memandang ke dalamnya maka mereka akan melihat cacat tabiat sendiri yang bertentangan dengan tabiat  Allah yang benar. Oleh karena itu hukum  moral menunjukkan bahwa seluruh dunia bersalah dihadapan Allah (Rm 3:20) karena sebab dosa ialah pelanggaran hukum (I Yoh 3:4)  sesungguhnya kata Paulus” justru oleh Hukum Taurat aku telah mengenal dosa” (Rm7:7). Meyakinkan orang-orang yang berdosa atas dosa mereka, akan membantu mereka sadar bahwa mereka dihukumkan di bawah pengadilan murka Allah dan bahwa mereka menghadapi hukuman mati yang abadi. Itulah yang membuat mereka merasa bahwa mereka sama sekali tidak berdaya.
 
  1. Alat pertobatan - Hukum Allah merupakan alat Roh Kudus yang digunakan untuk mendatangkan pertobatan dalam diri kita. “Taurat Tuhan itu sempurna, menyegarkan jiwa” (Mzm 19:8) apabila kita telah melihat tabiat kita yang sebenarnya maka kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa, kita berada dibarisan orang yang akan dihukum mati tanpa harapan, sehingga kita merasa perlunya seorang juruselamat. dengan demikianlah kabar baik Injil itu menjadi benar-benar bermakna. Hukum itu mengarahkan kita kepada Kristus, satu-satunya harapan yang dapat membantu kita lepas dari keadaan putusasa. dalam pengertian seperti inilah paulaus merujuk baik kepada hukum moral mau pun hukum keupacaraan sebagai penuntun bagi kita” yang membawa kita kepada Kristus,” supaya kita dibenarkan karena iman. Gal 3:24
 
  1. Disediakan kebebasan yang sejati - Kristus berkata bahwa setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa (Yoh 8 : 34 ). Apa bila kita melanggar Hukum Allah, maka kita kehilangan kebebasan; akan tetapi menurut hukum yang sepuluh, diberikan kepada kita jaminan yang sejati. Hidup yang selaras dengan Hukum Allah berarti kebebasan dari dosa. Itu berarti kebebasan dari hal-hal yang biasanya mengikuti dosa kecemasan yang berkelanjutan, luka hati nurani, rasa bersalah lyang bertumbuh dan penyesalan yang melemahkan daya hidup yang vital. Pemazmur berkata, “Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu” (Maz 119 : 45 ). Yakkobus menyebut dekalog itu “hukum utama”, “hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang” ( Yak 2 : 8 ; 1 : 25 ).
 
  1. Mengekang Kejahatan dan Mendatangkan - Pertambahan kejahatan, kekerasan, kebejatan moral dan kekjian yang merajalela didunia  adalah akibat melalaikan Sepuluh Firman. dimana hukum diterima dengan baik, disa dikekang dan dirintangi, disitulah perbuatan yang benar dianjurkan, dan menjadi sarana menegakkan kebenaran. Bangsa- bangsa yang menerapkan asas-asas itu kedalam hukum-hukum mereka akan memperoleh berkat besat. Sebaliknya, apa bila tidak menghiraukan asa-asas ini maka kemunduran yang terus-menerus akan terjadi. Pada zaman Perjanjian Lama Allah sering memberkati bangsa-bangsa dan individu selaras dengan penurutan mereka terhadap hukum-Nya. “Kebenaran meninggikan derajat bangsa,” kata kitab Suci, dan sebuah “Takhta menjadi kokoh oleh kebenaran” (Ams 14 : 34; 16 : 12). Barangsiapa yang melolak menuruti perintah-perintah Tuhan akan menghadapi ancaman malapetaka (Maz 89:31. 32). “Kutuk Tuhan ada didalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkati-Nya.” (Ams 3:33; bandingkan Im 26; Ul 28) prinsip umum yang sama tetap belaku sampai hari ini.14  
 
KEKEKALAN HUKUM ITU
 
Karena hukum moral yang sepuluh itu merupakan refleksi  tabiat Allah, maka prinsip-prinsip itu tidaklah bersifat sementara atau menurut situasi, melainkan mutlak, tidak dapat berubah, dan sahih secara permanen bagi manusia. Orang-orang Kristen dari zaman ke zaman mengukuhkan keteguhan dan kekekalan hukum Allah, dengan kokoh membenarkan keabsahannya secara terus-menerus.
 
  • Hukum dan Injil Sesudah   Salib - Sesuai dengan pengamatan sebagian besar orang Kristen, Alkitab menunjukkan bahwa sementara kematian Kristus menhapuskan hukum deupacaraan, maka dikukuhkannya seterusnya keabsahan hukum moral.20 Simaklah bukti berikut ini: Hukum keupacaraan.  Apabila Kristus mati, Ia menggenapi lambang nubuat sistem korban-korban persembahan. Lambang dengan yang dilambangkannya bertemu, sehingga berakhirlah hukum keupacaraan itu. Berabad-abad sebelumnya daniel telah meramalkan bahwwa kematian Mesias akan “menghentikan korban sembeelihan dan korban santapan” (Dan 9:27). Watu Yesus mati, tirai dikaabah secara ajaib tercarik dua dari atas kebawah (Mat 27:51), menunjukkan berakhirnya makna rohani pelayanan di kaabah.       Walaupun hukum keupacaraan memegang peranan penting sebelum kematian Kristus, dalam banyak hal hukum ini tidaklah sempurna, karena sebagai “bayangan saja dari keselamatan yang akan datang” (Ibr 10:1). Yang diperankannya ialah tujuan yang bersifat sementara dan membebani umat Allah sampai tibanya “waktu pembaharuan” (Ibr 9:10; Gal 3:19) – sampai tiba waktunya Kristus mati sebagai domba Allah yang sejati. Pada waktu kematian Kristus batas hukum keupacaraan berakhir. Korban pendamaian yang dilakukannya cukup mengampuni dosa-dosa semua orang. Tindakan ini menghapuskan surat utan yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. dan itu ditiadakannya dengan memakukannya pada kayu salib. (kol2:14 ; bandingkan ul 31:26) oleh karena itu, tidak perlu lagi mengadakan upacara yang telah dihapuskan, karena hal itu tidak dapat menghapuskan dosa atau menyucikan hati nurani(ibr 10:4; 9:9,14). Tidak perlu lagi dicemaskan hukum-hukum keupacaraan, berikut syarat-syarat yang rumit mengenai persembahan makanan dan minuman, perayaan-perayaan atas pelbagai festival (paskah, pentakosta, dsb) bulan baru atau sabat-sabat keupacaraan (kol2:16; bandingkan ibr 9:10) yang hanya merupakan bayangan dari apa yang harus datang (kol 2:17). Dengan kematian Yesus, orang-orang yahudi maka hukum keupacaraan itu telah mejadi sebuah perintang antara mereka dengan bangsa-bangsa lain. Hal itu telah menjadi rintangan besar bagi misi mereka yang sebenarnya dimaksudkan untuk menerangi dunia dengan kemuliaan Tuhan. Kematian Kristus menghapuskan segala perintah dan ketentuannya, meruntuhkan tembok pemisah antara orang yang bukan yahudi  dan orang yahudi sehingga menciptakan sebuah keluarga baru, yakni umat percaya, yang diperdamaikan ke dalam satu tubuh pada salib itu (ef(2:14-16)
 
  • Sepuluh Firman dengan salib. Sementara kematian Kristus mengakhiri otoritas hukum keupacaraan, justru sepuluh Firman itu ditegakkannya. Kristus menanggung kutuk hukum, dengan demikian membebaskan umat percaya dari hukuman. dengan melakukan demikian, bukan berarti bahwa hukum itu sudah dihapuskan dan memberikan kebebasan kepada kita untuk melanggar asas-asas atau prinsipnya. Cukup banyak kesaksian yang diperoleh di dalam kitab suci mengenai kekalnya hukum itu. Menolak pandangan yang disebutkan di atas. Calvin dengan tegas mengatakan bahwa kita tidak boleh membayangkan bahwa kedatatangan Kristus telah membebaskan kita dari kekuasaan hukum; karena hukum itulah peraturan yang abadi dari pengabdian dan hidup yang suci, dan harus karena itulah keadilan Allah yang tidak pernah dapat berubah. Paulus melukiskan hubungan antara penurutan dan Injil anugerah yang menyelamatkan. Memanggil orang-orang beriman agar hidup suci, ia menantang mereka agar mereka mempersembahkan  diri sendiri menjdai senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa,  karena kamu tidak berada di bawah Hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia (Rm 6:13, 14). Oleh karena itu orang kristen tidak memelihara hukum untuk memperoleh keselamatan. Barangsiapa yang berusaha melakukan pemeliharaan hukum itu untuk memperoleh keselamatan hanyalah akan memperdalam perhambaan dalam dosa. Selama manusia berada dibawah hukum ia tetap dibawah kuasa dosa, karena hukum tidak dapat menyelamatkan seseorang dari hukuman maupun dari kuasa dosa. Akan tetapi barang siapa yang berada di bawah anugerah menerima bukan saja kelepasan dari hukuman (Rm 8:1) tetapi juga kuasa untuk mengalahkan (Rm 6:4) dengan demikian  maka dosa tidak lagi berkuasa atas mereka. Sebab Kristus, kata Paulus menambahkan adalah kegenapan Hukum Taurat sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya (Rm 10:4). Lalu setiap orang yang percaya di dalam Kristus mengakui bahwa dialah akhir hukum yang menjadi sebuah jalan utnuk memperoleh kebenaran. Kita adalah orang-orang yang berdosa, tetapi di dalam Kristus Yesus kita dibenarkan melalui kebenarannya yang dihisabkan.
 
Di bawah anugerah itu, bukanlah berarti orang-orang beriman bebas dan bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia (Rom 6:1). Sebaliknya anugerah menambah kuasa yang membuat penurutan dan kemenangan atas dosa itu mungkin diperoleh. demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus yang tidak menuruti keinginan daging melainkan menurut roh (Rom 8:1). Kematian Kristus memuliakan dan membesarkan hukum, meninggikan otoritasnya yang bersifat universal. Jika sepuluh Firman (dekalog)dapat diubah maka Kristus tidak perlu mati. Tetapi karena hukum ini mutlak dan tidak dapat diubah, kematian menjadi syarat pembayarannya. dengan matinya Kristus di kayu palang, persyaratan ini dipenuhi, memungkinkan kehidupan kekal dapat diperoleh semua oran gyang menerima pengorbanannya yang amat mulai itu.
 
 
Penurutan kepada hukum
 
Tiada orang yang dapat memperoleh keselamatan dengan usahanya yang baik. Penurutan adalah buah keselamatan di dalam Kristus. Melalui anugerahnya yang ajaib, terutama yang dinyatakan di kayu salib, Allah telah membebaskan umatnya dari hukuman dan kutuk dosa. Walaupun mereka adalah orang-orang berdosa. Kristus memberikan hidupnya untuk menyediakan bagi mereka pemberian hidup kekal. Kasih karunia Allah yang berkelimpahan timbul di dalam orang berdosa yang betobat sebuah sambutan yang menampakkan diri di dalam penurutan yang penuh kasih melalui kasih anugerah yang dilimpahkan dengan berkelimpahan. Orang-orang percaya yang mengerti bahwa Kristus menghargai hukum dan orang yang mengeri berkat-berkat penurutan akan digerakkan dengan tangguh untuk mengharati hidup seperti hidup yang dihayati Kristus.
 
Kristus dan hukum - Kristus sangat menghargai Sepuluh Hukum. Sebagai mana yang agung AKU ADALAH AKU, Ia sendiri mengumumkan hukum moral bapa dari sinai (Yoh 8:58 Kel 3:14) sebagian dari tugasnya di dunia ini  adalah  untuk memberikan pengajarannya yang benar dan mulia. (Yes 42:21). Sebuah ayat dari perjanjian baru dikenakan kepada Kristus membuat jelas sikapnya terhadap hukum, aku suka melakuakan kehendak Mu ya Allahku; Tauratmu ada dalam dadaku(Mzm 40:8; bandingkan Ibr10:5,7)
 
Injilnya menghasilkan sebuah iman yang senantiasa menukuhkan keabsahan sepuluh Firman(dekalog). Kata paulus jika demikian adakah kami membatalkan Hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya kami meneguhkannya (Rm3:31)
 
Oleh karena itu Kristus datang bukan hanya untuk menebus manusia tetapi juga mempertahankan otoritas dan kesucian hukum Allah, menampilkan kebesaran dan kemuliaan dihadapan orang banyak serta memberikan kepada mereka teladan bagaimana berhubungan denganNya. Sebagai pengikut pengikutNya orang –orang kristen dipanggil untuk hidup mereka . Kristus menghayati suatu kehidupan penurutan  dengan kasih diriNya sendiri, ia menekankan bahwa para pengikutnya harus memelihara hukum. Apabila ditanyakan mengenai syarat-syarat untuk memperoleh hidup kekal, ia menjawab jikalau engkau itnin masuk ke dalam hidup turutilah segala perintah Allah. (Mat 19:17). Ia juga mengamarkan pelanggaran terhadap  asas ini, bukan setiap orang yang berseru kepadaku:Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam kerajaan surga, melainkan dia yang melakukan kehendak bapaku yang di surga. Para pelanggar hukum akan ditolak masuk ke dalamnya. (Mat7:21-23).
 
Kristus sendiri menggenapi hukum bukan dengan membinasakannya tetapi melalui hidup yang penuh dengan penurutan. Sesungguhnya katanya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari Hukum Taurat. Sebelum semuanya terjadi (Mat 5:18). dengan tegas Kristus menekankan bahwa tujuan mulia hukum Allah itu haruslah senantiasa disimpan di dalam pikiran: mengasihi Tuhan  Allahmu dengan segenap hatimu, jiwa raga dan pikiranmu dan sesamamu seperti dirimu sendiri (Mat 22:37,38). Bagaimana pun, ia ingin agar para pengikutnya jangan mengasihi sesamanya sebagaimana menurut kasih yang ditafsirkan dunia ini, yang mementingkan diri atau sentimental saja. Untuk menjelaskan kasih yang dibicarakannya, Kristus membgerikan hukum yang baru (Yoh 13:34).  Hukum yang baru ini bukanlah mengambil tempat sepuluh Firman, melainkan menyediakan bagi umat percaya dengan sebuah teladan apa sebenarnya kasih sejati yang tidak mementingkan diri sendiri itu, kasih yang belum pernah disaksikan diatas dunia ini. dengan demikianlah perintah-Nya ini dilukiskan sebagai sebuah perintah baru. Yang memerintahkan mereka bukan hanya sekadar “supaya kamu saling mengasihi” tetapi supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. Bukti bahwa kita  mengasihi Tuhan adlaah bila kita menuruti perintahNya (Yoh 14 : 15).
 
Hanyalah dengan tinggal didalam Kristus kita dapat membuat hati yang penurut. “Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur,”   kata-Nya, “denikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal didalam Aku....... Barang siapa tinggal didalam Aku Aku didalam dia, ia berbuah banyak, sebab diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15 :4, 5).agar dapat tinggal dalam Kristus kita harus disalibkan dengan-Nya dan mengalami seperti apa yang ditulis Paulus: “tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup didalam aku”( Gal 2:20) bagi orang yag sudah berada dalam kondisi seperti ini Kristus dapat meggenapi perjanjuan baru-Nya: Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.” ( Ibr 8:10)
 
Berkat-berkat penurutan 
Penurutan mengembangkan tabiat Kristen dan menghasilkan suatu perasaan yang baik, menjadikan umat percaya bertumbuh sebagai “bayi yang baru lahir” dan akan diubah menjadi serupa dengan gambar Kristus (baca I Ptr 2:2;  II Kor 3:18). Perubahan dari orang berdosa menjadi anak Allah akan menjadikan saksi yang berhasil baik terhadap kuasa Kristus.
           
Kitab suci menyatakan “berbahagialah” semua “orang yang hidupnya tidak bercela, yang didup menurut Taurat Tuhan” (Maz 119 :1), “yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan itu siang dan malam” (Maz 1:2).
 
Berkat-berkat penurutan itu banyak :
(1) kebijaksanaan dan akal budi (Maz 119 :98, 99); 
(2) Ada damai (Maz 119 : 165; Yes 48: 18);
(3) pembenaran (Ul 6:25; Yes 48 : 18)
(4) kemurnian dan kedidupan moral (Ams 7 : 1-5);
(5) pengetahuan akan kebenaran (Yoh 7 : 17); 
(6) penjagaan terhadap penyakit;
(7) Panjang usia (Ams 3 :1,2; 4:10,22);
(8) jaminan bahwa doa seseorang akan dijawab (I Yoh 3:22; Maz 66:18)
           
Dengan mengundang kita supaya menjadi penurut, Allah menjanjukan berkat yang berkelimpahan( Im 26:3-10 ; Ul 28 : 1-12). Apa bila kita menyambut dengan positif, maka kita akan menjadi “harta kesayangan” Tuhan “menjadi kerajaan imam dan bangsa yang kudus” (Kel 19 : 5,6; ! Ptr 2:5,9) ditinggikan “diatas segala dibumi,” menjadi kepala dan bukan menjadi ekor” (Ul 28: 1,13)
 
HARI INI JADILAH ORANG YANG DIKASIHI TUHAN DAN RINDU SELALU MENGASIHI TUHAN DAN KITA BUKTIKAN DENGAN MELAKUKAN HUKUM KASIH YAITU 10 HUKUM. KITA SUDAH DISELAMATKAN DENGAN CUMA-CUMA – PERINTAH YESUS : KALAU KAMU MENGASIHI AKU TURUTILAH 10 HUKUMKU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar