Kamis, 23 Februari 2012

Dituntun oleh Roh

Lihat, Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” (Yesaya 49:16).
 
Ada dua jalan yang bisa kita tempuh. Satu menuntun kita jauh dari Allah, dan menjauhkan kita dari kerajaan-Nya; dan di jalan ini ada kecemburuan, perselisihan, pembunuhan, dan semua perbuatan jahat. Jalan lain yang harus kita ikuti, dan dalam pelaksanaannya akan ditemukan sukacita, kedamaian, keselarasan, dan kasih. Itulah kasih yang memancar dari Yesus yang paling kita butuhkan; dan bila itu sudah ada dalam hati, akan memancar sendirinya. Dapatkah kita memiliki kasih Yesus Kristus dalam hati, dan kasih itu tidak memancar ke tempat lain? Tidak bisa ada di sana tanpa memperlihatkan bahwa kasih itu ada di sana. Kasih itu akan terlihat sendiri dalam kata-kata, dalam ekspresi wajah....
 
Ketika putra tertua kami, Henry Nichols White (1847-1863), yang menjadi tumpuan harapan kami yang terindah, dan kepadanya kami berharap untuk bersandar, dan yang telah kami serahkan kepada Allah dalam khidmat, diambil dari kami, ketika kami telah menutup matanya dalam kematian, dan sangat berdukacita karena penderitaan kami, kemudian datanglah kedamaian ke dalam jiwaku yang tak dapat terlukiskan, yang melampaui pengertian. Aku bisa memikirkan pagi kebangkitan; aku bisa memikirkan masa depan, ketika Pemberi hidup agung itu akan datang dan melepas belenggu kuburan, dan memanggil orang benar yang telah mati dari pembaringannya yang penuh debu; ketika Ia akan melepaskan tahanan dari penjara mereka; bahwa kemudian putra kami akan ada di tengah orang-orang yang hidup kembali. Di sinilah ada kedamaian, ada sukacita, ada penghiburan, yang tak terlukiskan....
 
Ketika Kristus meninggalkan dunia Ia menyerahkan satu pekerjaan di tangan kita. Selagi di sini, Ia sendiri yang menjalankan pekerjaan-Nya; tetapi ketika Ia naik ke surga, para pengikut-Nya ditinggalkan untuk melanjutkan. Yang lain melanjutkan apa yang ditinggalkan para murid; dan demikianlah berlanjut sampai sekarang kita memiliki pekerjaan sendiri di zaman kita....
 
Kita tidak harus berjalan sendirian. Kita dapat membawa semua kesedihan dan dukacita kita, masalah dan pencobaan, penderitaan dan kesusahan, dan mencurahkannya ke telinga yang terbuka untuk mendengar, Dia yang memohon kemurahan di hadapan Bapa atas darah-Nya sendiri. Ia sedang memohonkan luka-luka-Nya—tangan-Ku, tangan-Ku! “Aku telah mengukirmu ditangan-Ku.” Ia mengulurkan tangan yang terluka kepada Allah, dan permohonan-Nya didengarkan, dan para malaikat yang lincah diutus untuk melayani manusia, mengangkat dan memelihara.—Review and Herald, 4 Jan. 1887.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar