Kamis, 16 Februari 2012

PELAJARAN DARI KEHIDUPAN YUNUS


KHOTBAH: JANGKAUAN KELUAR PERORANGAN
TOPIK: PELAJARAN DARI KEHIDUPAN YUNUS
Jonathan Kuntaraf, Direktur SS/PP General Conference
(Bahan Khotbah tgl. 4 Februari 2011 untuk seluruh UIKB)

I.              PENDAHULUAN
Alkisah sebuah cerita tentang dua orang yang memperbincangkan tentang Yunus, yang mempertanyakan bagaimaan Yunus dapat bertahan hidup selama tiga hari di dalam perut ikan.
“Itu tidaklah mungkin,” yang satu berkata.
Temannya yang adalah orang Kristen menjawab. “Saya bisa bertanya kepada Yunus di surga.”
Si Peragu bertanya, “Bagaimana kalau ia tidak berada di surga?”
Temannya yang Kristen berkata, “Maka, engkau dapat bertanya kepadanya di neraka.”

II.                PANGGILAN UNTUK JANGKAUAN PERORANGAN
Sementara kita menggalakkan inisiatif “Beritakan pada Dunia” (Tell the World), jangkauan perseorangan begitu penting; kehidupan dari jemaat bergantung pada kesetiaannya dalam memenuhi penugasan Injil. Dalam pandangan terhadap hal ini, kita akan mempelajari tentang kehidupan Yunus. Setiap orang pernah mendengarkan cerita tentang Yunus, seorang pria yang melarikan diri dari Allah dan berakhir di dalam perut ikan besar. Setelah pertobatannya, Yunus memutuskan untuk mengikuti suara Tuhan; ia berkhotbah di kota besar, Ninewe. Ia adalah seorang evangelist yang besar yang pekabarannya dari Allah menobatkan seluruh isi kota. Kita dapat menyimpulkan pelajaran ini sebagai berikut:

A.    Resiko Melarikan Diri dari Tuhan
1.        Alkitab berkata, “Tetapi Yunus bersiap untuk melarikan diri ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN; ia pergi ke Yafo dan mendapat di sana sebuah kapal, yang akan berangkat ke Tarsis. Ia membayar biaya perjalanannya, lalu naik kapal itu untuk berlayar bersama-sama dengan mereka ke Tarsis, jauh dari hadapan TUHAN” (Yunus 1:3). Sebagaimana yang dapat kita lihat, ia pergi ke Yofa dan ia dilemparkan ke lautan dan dia telah masuk ke dalam perut ikan.
2.        Turun Mental : Orang-orang yang melarikan diri dari hadapan Tuhan selalu memiliki pengalaman “turun”. Ini mencakup “turun secara emosional,” merasa sedih karena melarikan diri dari Allah. Pengalaman ini bisa jadi merupakan hasil dari hilangnya kedamaian pikiran. Sementara Alkitab berkata bahwa, “Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMu-lah ia percaya” (Yesaya 26:3), orang-orang yang lari dari Tuhan tidak memiliki kedamaian. Adalah sulit untuk menjadi bahagia ketika kita dipisahkan dari Allah. Ia adalah sumber sukacita, sumber kebahagiaan. Lari dari Allah berarti lari dari sumber kebahagiaan, sukacita, dan kedamaian pikiran. Jika kita lari dari Dia, kita akan memiliki begitu banyak pengalaman “turun.”
3.        Secara Fisik, Menurun: Tuhan adalah Allah atas kesehatan. Ia memiliki rencana bagi masing-masing kita untuk bagaimana kita dapat hidup dan memiliki kesehatan yang baik. Ketika kita mengikuti resep-Nya, kita akan lebih sehat secara fisik, tetapi ketika kita mengabaikan perintah-Nya, kita dapat mengalami sebuah kemunduran dalam hal kesehatan fisik. Ingatlah janji-Nya kepada bangsa Israel, yang sekarang masih berlaku kepada masing-masing kita: “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintahNya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit mana pun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku TUHANlah yang menyembuhkan engkau” (Keluaran 15:26). Kita dapat melihat orang-orang yang tidak mengikuti anjuran-Nya untuk gaya hidup yang sehat. Kehidupan mereka seringkali menyedihkan karena kondisi kesehatan mereka semakin miskin dan semakin miskin. Kita seharusnya tidak lari dari Allah.
4.        Menurun secara Kerohanian: Ini adalah sebuah perasaan hampa tanpa kehadiran-Nya. Sebagai makhluk Tuhan, kita semua dapat menemukan sukacita dan kebahagiaan dalam hadirat-Nya. Tetapi melarikan diri dari Allah akan mendatangkan lebih banyak lagi “pengalaman-menurun.” Ingat cerita Adam dan Hawa ketika mereka tidak mematuhi perintah Allah: “Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman” (Kejadian 3:8). Kita begitu mengenal cerita ini. Hasilnya bagi mereka adalah pengalaman yang sangat pahit. Mereka sekarang takut menghadapi Allah. Awalnya mereka mengalami sukacita akan hadirat-Nya, tetapi setelah mereka tidak mematuhi Dia, mereka mencoba bersembunyi dari Allah karena mereka malu dan tidak dapat bertahan di hadirat-Nya. Banyak orang yang telah menderita karena perasaan bersalah, dan mereka tidak lagi mengalami Sukacita. Betapa sebuah harga yang mahal dari sebuah pelarian dari Allah.
5.        Menurun secara sosial: Orang-orang yang lari dari Allah menghindari persekutuan Kristiani, yang juga berarti melarikan diri dari dukungan sosial. Persekutuan Kristen adalah sebuah karakteristik Kekristenan. Ada 75 ayat Alkitab dalam Perjanjian Baru yang berbicara tentang karakteristik ini. Beberapa di antaranya adalah:
·         Mengasihi satu sama lain (Yoh. 13:35)
·         Mengampuni satu sama lain (Kol. 3:13)
·         Menerima satu sama lain (Rom. 15:7)
·         Berdoa satu sama lain (Yak. 5:16)
·         Menghibur satu sama lain (1 Tes. 4:18)
·         Bersekutu satu sama lain (1 Yoh. 1:7)
·         Baik terhadap satu sama lain (Ef. 4:32)
·         Berbelas kasihan satu sama lain (1 Pet. 3:8)
·         Ramah terhadap satu sama lain (1 Pet. 4:9)
6.        Melarikan diri dari Allah berarti melarikan diri dari pengalaman indah akan persekutuan Kristiani. Hal ini menghasilkan kesepian, kekecewaan, dan keputusasaan. Kita seharusnya tidak lari dari Allah.

B.     Tuhan mendengarkan doa-doa kita.
1.        Tetapi saya memiliki kabar baik untuk anda. Mengesampingkan segala kelemahan anda, Allah kita masihlah Allah yang baik, Ia baik setiap saat. Dalam kebajikanNya, Ia masih berkeinginan untuk mendengarkan masing-masing kita, Ia adalah Allah kita yang peduli terhadap masing-masing kita, dan Ia masih mendengarkan doa kita.
2.        Yunus berdoa di dalam perut Ikan dan Allah mendengarkan doanya. Tidak peduli di mana kita berada, Kita dapat selalu berdoa kepada Dia. Kita dapat berdoa kepada Dia di mobil, di rumah, dan di toilet. Kita dapat berdoa kepada Dia dimanapun itu dan Allah kita mendengarkan kita.
3.        Yunus berdoa pada masa kesukaran. Ia menderita di dalam perut ikan; ia kelaparan. Dan ia berseru kepada Allah.
4.        Beberapa orang menunggu untuk berdoa hingga pada saat menderita, hingga masa kesukaran. Ia memandang kepada kita dengan belas kasihan dan simpati untuk meringankan beban kita. Tetapi kita tidak seharusnya menanti hingga waktu menderita untuk berdoa kepada Allah. Ada begitu banyak berkat yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari kita dimana kita perlu untuk memuji Allah. Kita perlu untuk berdoa kepada-Nya untuk menyembah Dia karena Dia adalah Pencipta kita, Juruselamat kita, dan Penebus kita! Kita perlu untuk berdoa dengan mengucap syukur kepada-Nya atas berkat-berkat yang kita nikmati hari demi hari. Tetapi Dia juga adalah Allah kita yang mendengarkan tangisan kita. Ia siap untuk menghiburkan kita.
5.        Ketika Allah mendengarkan doa-doa kita, Ia juga menjawabnya. Ia mendengarkan doa Yunus, dan Yunus dibebaskan dari perut ikan.

C.    Alam patuh kepada Allah.
1.        “Tetapi TUHAN menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur” (Yunus 1:4). Allah memerintahkan angin, dan angin pun menuruti Dia.
2.        “Maka atas penentuan TUHAN datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus” (ayat 17). Allah memberikan perintah kepada ikan dan ikan pun menelan Yunus.
3.        “Lalu berfirmanlah TUHAN kepada ikan itu, dan ikan itu pun memuntahkan Yunus ke darat” (2:10). Lagi, ikan tersebut mematuhi perintah Allah.
4.        Yesus menghardik angin, “Diam! Tenanglah!” (Markus 4:39), dan angin itu pun tenang. Alam, pada masa Perjanjian Lama, dan pada masa Perjanjian Baru, mematuhi perintah-Nya.
5.        Apakah kita mematuhi perintahNya? Ketika Allah berkata, “Pergilah, jadikan semua bangsa muridKu,” apakah kita mendengarkan perintah-Nya? Ketika Yesus berkata, “Aku akan menjadikan engkau penjala manusia,” apakah kita mengikuti perintahNya? Kita seharusnya tidak lari dari hadapan Allah. Jika makhluk lain mengikuti Dia, mengapa kita tidak?

D.    Allah memberikan kepada kita kesempatan kedua.
1.        Ada kabar baik! Allah memberikan kesempatan kedua kepada Yunus! Dan Ia dapat melakukan hal yang sama kepada kita, sehingga kita dapat menjadi lebih tanggap terhadap perintah-Nya. Setelah pertobatannya, Yunus diberikan kesempatan kedua; ia sanggup mengkhotbahkan khotbah penghakiman. Ia berkhotbah untuk pertobatan seluruh kota, dan ia berhasil. Khotbahnya diterima dengan baik oleh orang-orang. Orang-orang siap untuk dituai. Ada sebuah pertobatan massal.
2.        Allah dapat menggunakan Yunus, mengesampingkan semua kelemahannya. Setiap orang di Ninewe bertobat. Yunus adalah seorang penginjil yang sukses. Nuh harus berkhotbah selama 120 tahun, dengan hanya ada delapan pertobatan, termasuk keluarganya; Yunus sanggup mengubahkan seluruh kota dengan sekitar 120,000 orang untuk bertobat dalam 40 hari. Itu adalah sebuah kesuksesan besar bagi seorang penginjil yang sebelumnya melarikan diri dari Allah.
3.        Cerita Alkitab berbicara tentang Allah yang memberikan kesempatan kedua kepada umat manusia. Ingat, Allah memberikan kesempatan kedua kepada Petrus. Meskipun Petrus menyangkal Dia tiga kali, Allah masih memberikan kesempatan kedua kepadanya: “Jika engkau mengasihi Aku, gembalakanlah domba-domba-Ku.” Dan Petrus menjadi seorang pengkhotbah besar yang menobatkan 3,000 orang dalam satu hari. Siapa yang pernah berpikir bahwa ia adalah seseorang yang pernah menyangkal Yesus?
4.        Ingat cerita Yohanes yang disebut juga Markus yang telah mengecewakan Paulus. Paulus menolak untuk mengadakan perjalanan bersama dia? Adalah roh pemelihara dari Barnabas yang memberikan kesempatan kedua kepada Yohanes yang disebut juga Markus, dan dengan demikian kita mendapatkan injil Markus sekarang ini.
5.        Apakah kita lari dari Allah? Apakah kita telah lari dari perintah Allah untuk mengkhotbahkan injil? Ia masih dapat memberikan kesempatan kedua kepada kita. Tuhan dapat menggunakan kita sepanjang kita mau digunakan oleh Dia.
6.        Kelemahan-kelamahan kita yang lalu bukanlah masalah. Tuhan dapat menerima kita apa adanya dan memberikan kesempatan kedua kepada kita sehingga kita dapat melayani Dia sebagai saluran berkat bagi orang lain. Ia masih memberikan kesempatan kepada kita untuk menjangkau orang-orang karena Ia tahu bahwa menolong orang lain juga berarti menolong diri kita sendiri.

E.     Banyak yang memikirkan reputasi lebih dari pada jiwa-jiwa.
1.        Yunus kecewa ketika ia tahu Ninewe tidak dihancurkan. Ia memikirkan reputasinya lebih daripada jiwa-jiwa yang berharga. Ia seharusnya merasa senang bahwa orang-orang Ninewe telah bertobat.
2.        Apakah mungkin bahwa kita lebih memikirkan reputasi kita daripada jiwa-jiwa yang berharga? Apa motif kita mengadakan kebangunan kerohania-an? Apa motif kita menjangkau orang lain?
3.        Beberapa orang mengadakan jangkauan perorangan karena pekerjaan mereka menuntut hal tersebut. Beberapa yang lain terlibat karena mereka mengharapkan pujian dari orang lain. Beberapa mengadakan pertemuan penginjilan agar dikenal sebagai penginjil yang sukses.
4.        Kita perlu memeriksa motif-motif kita. Apakah kita terlibat dalam jangkauan keluar karena keuntungan pribadi, atau karena kita mengasihi Yesus? “Tidak ada yang lebih cepat dari satu orang yang ditobatkan daripada lahirnya dalam dirinya sebuah kerinduan untuk membiarkan orang lain tahu betapa berharganya sahabat yang ia temukan dalam Yesus. Kebenaran yang menyelamatkan dan menyucikan dapat di simpan di dalam hatinya.”[1] Ketika kita mengasihi Yesus, kita senantiasa hendak membagikan Dia kepada orang lain.

F.     Allah adalah Kasih.
1.        Ia mengasihi Ninewe, kota kafir dan untuk alasan itulah ia meminta Yunus untuk pergi ke Ninewe.
2.        Ia mengasihi Yunus secara pribadi. Untuk alasan itu, Ia membuat Yunus mengalami kesulitan, sehingga Yunus dapat kembali pada jalurnya kembali. Betapa sering Allah membiarkan kita menghadapi kesukaran sehingga kita dapat kembali kepada tuntunan-Nya.
3.        Ia mencoba untuk mengajar Yunus dengan memberikan ilustrasi tanaman dan seekor ulat. “Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Ninewe, kota yang besar itu, yang berpenduduk lebih dari seratus dua puluh dua ribu orang, yang semuanya tak tahu membedakan tangan kanan dari tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?” (Yunus 4:11).
4.        Allah mengasihi Ninewe. Allah mengasihi kita semua. Dalam keadaan apapun, Allah mengasihi Sao Paulo dan London dan Manila, dan Ia mengutus kita ke kota-kota ini untuk menjadi saksi kepada mereka.
5.        Allah mengasihi orang-orang di Timur Tengah, Korea Utara, Indonesia; dan Ia ingin kita untuk mendoakan mereka.
6.        Allah mengasihi tetangga kita, sanak keluarga kita, lebih dari kasih kita, karena Dia adalah Pencipta mereka. Karena kasihNya, Ia ingin kita menjangkau mereka, untuk memperkenalkan Yesus kepada mereka, karena hanya dalam Yesus kita dapat menemukan sukacita sejati. Hanya di dalam Yesus kita dapat menemukan kedamaian dan kebahagiaan.

III.        KESIMPULAN
Pelajaran dari buku Yunus membawa kita kepada kesimpulan:
A.      Melarikan diri dari Allah membawa konsekuensi negatif. Kita akan mengalami “sebuah pengalaman akan kemunduran,” secara fisik, mental, rohani, dan secara sosial. Gantinya melarikan diri dari Allah, kita perlu untuk menjawab secara positif panggilanNya.
B.       Tuhan mendengarkan doa-doa kita! Kita perlu untuk lebih banyak berdoa bagi jiwa-jiwa. Apakah kita memiliki keluarga yang tidak mengenal Yesus? Apakah kita memiliki tetangga atau teman yang tidak berada dalam gereja? Kita perlu mendoakan jiwa-jiwa. Ellen G. White menuliskan: “Jika anggota jemaat hendak mempekerjakan kuasa pikiran yang mereka miliki, dengan usaha yang terarah dengan baik, dalam rencana yang matang dengan baik, mereka dapat melakukan seratus kali lipat lebih bagi Kristus dari yang sedang mereka lakukan sekarang. Jika mereka maju dengan doa yang bersungguh-sungguh, dengan kelembutan dan kerendahan hati, mencari secara pribadi untuk memberitahukan orang lain pengetahuan akan keselamatan, pekabaran tersebut dapat menjangkau penduduk dunia.”[2] Inilah yang akan terjadi jika kita berdoa. Hasilnya akan menjadi ratusan kali lipat! Kita perlu untuk lebih banyak mendoakan jiwa-jiwa!
C.       Jika alam mendengarkan Allah, apalagi umat manusia yang diciptakan dalam gambaran Allah seharusnya lebih mendengar Allah? Kita semua perlu mendengarkan perintahNya. Apapun yang Dia ingin kita lakukan, kita perlu untuk merespon dengan positif suaraNya, untuk terlibat dalam jangkauan perseorangan.
D.      Kami mengucap syukur atas kesempatan kedua yang telah diberikan Allah bagi masing-masing kita.
E.       Jawaban kita haruslah karena kasih kita kepada Allah; keterlibatan kita, karena ingin melihat lebih banyak jiwa lagi yang diselamatkan untuk kerajaan Allah.
F.        Karena kasih Allah kepada kita, sanak keluarga kita dan tetangga kita, kita pelru untuk mengasihi mereka juga. Ia ingin melihat semua orang diselamatkan. Adalah penting bagi kita untuk menjangkau mereka. Karena kasihNya, Ia ingin kita terlibat dalam kegiatan jangkauan keluar untuk memberikan keuntungan bagi orang lain, dan juga bagi diri kita sendiri. “Allah dapat saja menjangkau sasaranNya dalam menyelamatkan orang berdosa tanpa bantuan kita; tetapi agar kita dapat mengembangkan karakter seperti Kristus, kita haruslah membagikan pekerjaanNya. Untuk memasuki sukacita-Nya – sukacita dari melihat jiwa-jiwa yang ditebus oleh pengorbananNya – kita harus berpartisipasi dalam pekerjaanNya untuk penebusan mereka.”[3]
Sebuah karakter seperti Kristus adalah satu-satunya hal yang kita akan bawa ke surga. Dengan berbagi, kita dapat mengembangkan karakter serupa seperti Kristus dan menguntungkan bagi orang lain juga. Karena kasihNya, kita akan merespon dengan jangkauan keluar perorangan. Kiranya sukacita dari berbagi dengan orang lain menjadi pengalaman kita, bagi kemuliaan nama-Nya.


[1] The Desire of Ages, p. 141
[2] Review and Herald, April 11, 1893
[3][3] The Desire of Ages, p. 142

1 komentar:

  1. Renungan yg luarbiasa.....memberikan motovasi bagi kita utk menjadi bagian dlm memenangkan jiwa2 bagi Nya....

    BalasHapus