Rabu, 07 Maret 2012

KUASA NYANYIAN

Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring” (Yesaya 51:3).
 
Nyanyian pujian adalah suasana surga; dan ketika surga bersentuhan dengan bumi, ada musik dan lagu—“nyanyian syukur dan lagu yang nyaring.”
 
Di atas bumi yang baru diciptakan, ketika dibentuk, terang dan tiada bernoda di bawah senyuman Allah, “bintang pagi bernyanyi bersama-sama, dan semua anak Allah berseru dengan sukacita.” Jadi hati manusia, dalam hubungan dengan surga, berespons kepada kebaikan Allah dalam nada-nada pujian. Banyak dari peristiwa sejarah manusia telah dikaitkan dengan lagu kudus.
 
Sejarah nyanyian dalam Alkitab penuh dengan kesan tentang penggunaan dan manfaat musik dan lagu. Musik seringkali diselewengkan untuk kejahatan, sehingga menjadi alat godaan paling memikat. Tetapi bila dengan benar digunakan, itu merupakan karunia Allah, dirancang untuk mengangkat pikiran kepada tema-tema agung dan mulia, mengilhami dan mengangkat jiwa. Saat anak-anak Israel mengembara di padang belantara, menghibur perjalanan dengan lagu-lagu kudus; begitu pula Allah meminta anak-anak-Nya sekarang ini menceritakan kehidupan perjalanan mereka. Ada cara yang lebih efektif menghafal Firman-Nya dengan mengulanginya dalam lagu. Dan lagu-lagu seperti itu memiliki kuasa ajaib. Memiliki kuasa untuk menaklukkan sifat-sifat kejam dan yang tak dibiasakan, kuasa untuk memperkembang pemikiran dan membangkitkan simpati, meningkatkan keselarasan aksi, dan menghilangkan kemurungan dan prasangka yang menghancurkan semangat dan memperlemah usaha.
 
Itu adalah salah satu cara yang paling efektif mengesankan hati dengan kebenaran rohani. Betapa seringnya jiwa tertekan dan mulai putus asa, ingatan memunculkan beberapa sabda Allah, beban yang lama dilupakan oleh lagu masa kanak-kanak, dan godaan untuk kehilangan kekuatannya, dan keberanian dan kegembiraan ditanamkan kepada jiwa-jiwa yang lain!...
 
Bilamana terdapat nyanyian di rumah yang senang dan bersahaja, maka akan ada lebih sedikit kata-kata celaan, dan lebih banyak keceriaan, pengharapan dan sukacita. Biarlah ada nyanyian di sekolah-sekolah, dan para murid akan ditarik lebih dekat kepada Allah, kepada guru-guru mereka, dan kepada satu sama lain. Sebagai bagian dari pelayanan keagamaan, bernyanyi adalah perbuatan ibadah yang sama baiknya dengan doa. —Youth’s Instructor, 29 Maret 1904.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar