Rabu, 07 Maret 2012

MEMPERCAYAI FIRMAN BUKAN PERASAAN

76
“Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain” (Kolose 3:16).
 
Firman Allah adalah fondasi iman kita, dan oleh sebab itu, dari Firman Tuhan itulah kita bisa memperoleh bukti tentang sikap kita di hadapan Allah. Kita tidak boleh membuat perasaan kita sebagai suatu ujian untuk melihat apakah kita disukai atau tidak oleh Allah, entah perasaan itu kita anggap mendorong atau tidak. Segera setelah kita mulai merenungkan perasaan, maka kita berada di tempat yang berbahaya. Jika kita merasa senang, maka kita yakin bahwa kita berada dalam kondisi yang disukai, tetapi ketika perubahan tiba, karena demikianlah akan terjadi, keadaan menjadi terbentuk sehingga perasaan depresi akan membuat hati sedih, kemudian kita akan secara alamiah dituntun untuk meragukan bahwa Allah telah menerima kita....
 
Setan tidak akan lambat menyampaikan saran dan kesulitan kepada jiwa yang bertobat agar memperlemah iman dan menghancurkan keberanian hati. Ia memiliki berbagai jenis godaan yang bisa ia jejalkan sekaligus ke dalam pikiran, dan memberikan jalan kepada perasaan mereka, atau mereka akan segera menyenangkan tamu jahat itu, ragu, dan menjadi terjerat dalam kebimbangan keputusasaan....
 
Jangan agungkan perasaanmu, jangan digoyahkan olehnya, entah itu baik, jelek, sedih, atau senang.... Firman Allah sajalah yang menjadi jaminanmu.... Ada peperangan di mana setiap jiwa harus terlibat yang ingin memiliki mahkota kehidupan. Inci demi inci pemenang harus berjuang mempertahankan iman, menggunakan senjata Firman Allah. Kita harus menghadapi musuh dengan “Ada tertulis.”...
 
Ketika musuh mulai menarik pikiran menjauhi Yesus, menjauhi kemurahan- Nya, kasih-Nya, kuasa-Nya, jangan menghabiskan waktu berharga untuk mempertimbangkan perasaan-perasaanmu, tetapi berlarilah kepada Firman. Dalam Kitab Suci, Kristus dihadirkan sebagai Dia yang bersama Allah menjadikan dunia. Ia adalah Terang dunia, dan tatkala kita para pencari terang mempelajari Firman, kita menemukan penerangan surgawi....
 
Apakah yang kita ingin capai dengan mengharapkan seluruh dunia bertobat kepada Yesus dengan mempercayai kasih-Nya yang mengampuni, padahal kita sendiri tidak mempercayai kasih-Nya? Bagaimanakah mungkin kita menuntun orang lain kepada keyakinan yang penuh, iman kepada Bapa surgawi kita, sementara kita mengukur dan menilai kasih kita kepada Dia dengan perasaan-perasaan kita? —Signs of the Times, 3 Des. 1894.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar