Rabu, 07 Maret 2012

TIPU DAYA KEKAYAAN


 
“Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka” (1 Timotius 6:10).
 
Banyak orang yang menyatakan kebenaran istimewa zaman ini tidak memiliki ketajaman karakter yang benar. Mereka gagal menghargai nilai moral. Mereka boleh saja membanggakan kesetiaan kepada pekerjaan Allah dan pengetahuan tentang Kitab Suci, tetapi mereka tidak rendah hati. Mereka memiliki rasa hormat khusus kepada orang-orang kaya, lupa bahwa kekayaan tidak membuat kita lebih disukai Allah. Tabiat yang benar seringkali diabaikan bila dimiliki orang miskin. Uang berpengaruh sangat besar. Tetapi apakah Allah mempedulikan uang dan harta? Dunia dan segala isinya adalah milik-Nya....
 
Allah telah menyerahkan kepada para penatalayan-Nya segala hal untuk digunakan dalam melakukan kebaikan, dan dengan demikian mengumpulkan harta di surga. Tetapi apabila, seperti orang yang memiliki satu talenta, mereka menyembunyikan hartanya, takut kalau-kalau Allah meminta apa yang sudah menjadi milik-Nya, maka mereka tidak hanya akan kehilangan penambahan-Nya yang akhirnya akan diberikan kepada penatalayan yang setia, tetapi juga harta pokok yang Allah berikan untuk dikembangkan....
 
Rasul besar, dalam suratnya kepada Timotius, menekankan pada pikirannya tentang perlunya memberi ajaran seperti itu untuk menghilangkan penipuan yang begitu mudah mempengaruhi orang kaya–bahwa karena kemampuanmereka untuk memperoleh kekayaanlah maka mereka unggul dalam hikmat dan penilaian dibanding mereka yang miskin, jadi pencapaian itu adalah kesalehan... ini adalah ajaran yang menipu.
 
Individu-individu dapat mengabdikan seluruh hidupnya kepada satu tujuan memperoleh kekayaan, namun sebagaimana mereka tidak membawa apa pun ke dunia, maka mereka pun tidak membawa apa pun saat meninggalkan dunia.... Mereka telah mengorbankan prinsip-prinsip agung, meninggalkan iman mereka demi kekayaan, dan selain kecewa dalam tujuan mereka, makamereka juga kecewa dalam hal kebahagiaan yang mereka kira akan diperolehdari kekayaan....
 
Sang rasul memperlihatkan satu-satunya kegunaan kekayaan, dan meminta Timotius menyuruh orang kaya untuk melakukan kebaikan, kaya dalam pekerjaan baik, siap untuk membagi-bagikan, bersedia berkomunikasi, karena dalam melakukannya mereka sedang mengumpulkan satu fondasi yang baikuntuk masa mendatang, memperoleh kehidupan kekal. —Review and Herald,4 Maret 1880.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar